Sejarah Bendera Merah Putih | Pramuka SMKN 1 Grogol
Sejarah Bendera Merah Putih
Bila
kita melihat deretan bendera yang dikibarkan dari berpuluh-puluh bangsa di atas
tiang, maka terlintas di hati kita bahwa masing-masing warna atau gambar yang
terdapat di dalamnya mengandung arti, nilai, dan kepribadian sendiri-sendiri,
sesuai dengan riwayat bangsa masing-masing.
Demikian pula dengan bendera merah
putih bagi Bangsa Indonesia. Warna merah dan putih mempunyai arti yang sangat
dalam, sebab kedua warna tersebut tidak begitu saja dipilih dengan cuma–cuma,
melainkan melalui proses sejarah yang begitu panjang dalam perkembangan Bangsa
Indonesia.
1.
Pada abad VII di Nusantara ini terdapat beberapa kerajaan. Di
Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan pulau-pulau lainnya yang pada hakikatnya baru
merupakan kerajaan dengan kekuasaan terbatas, satu sama lainnya belum mempunyai
kesatuan wilayah. Baru pada abad VIII terdapat kerajaan yang wilayahnya
meliputi seluruh Nusantara yaitu Kerajaan Sriwijaya yang berlangsung sampai
abad XII. Salah satu peninggalannya adalah Candi Borobudur , dibangun pada
tahun 824 Masehi dan pada salah satu dindingnya terdapat “pataka” di atas
lukisan dengan tiga orang pengawal membawa bendera merah putih sedang berkibar.
Kata dwaja atau pataka sangat lazim digunakan dalam kitab jawa kuno atau kitab
Ramayana. Gambar pataka yang terdapat pada Candi Borobuur, oleh seorang pelukis
berkebangsaan Jerman dilukiskan dengan warna merah putih. Pada Candi Prambanan
di Jawa Tengah juga terdapat lukisan Hanoman terbakar ekornya yang melambangkan
warna merah (api) dan warna putih pada bulu badannya. Hanoman = kera berbulu
putih. Hal tersebut sebagai peninggalan sejarah di abad X yang telah mengenal warna
merah dan putih.
Prabu Erlangga, digambarkan sedang mengendarai burung besar, yaitu
Burung Garuda yang juga dikenal sebagau burung merah putih. Demikian juga pada
tahun 898 sampai 910 Raja Balitung yang berkuasa untuk pertama kalinya menyebut
dirinya sebagai gelar Garuda Muka, maka sejak masa itu warna merah putih maupun
lambang Garuda telah mendapat tempat di hati Rakyat Indonesia.
2.
Kerajaan Singosari berdiri pada tahun 1222 sampai 1292 setelah
Kerajaan Kediri, mengalami kemunduran. Raja Jayakatwang dari Kediri saat
melakukan pemberontakan melawan Kerajaan Singosari di bawah tampuk kekuasaan
Raja Kertanegara sudah menggunakan bendera merah – putih , tepatnya sekitar
tahun 1292. Pada saat itu tentara Singosari sedang dikirim ke Semenanjung
Melayu atau Pamelayu. Jayakatwang mengatur siasat mengirimkan tentaranya dengan
mengibarkan panji – panji berwarna merah putih dan gamelan kearah selatan
Gunung Kawi. Pasukan inilah yang kemudian berhadapan dengan Pasukan Singosari,
padahal pasukan Singosari yang terbaik dipusatkan untuk menghadang musuh di
sekitar Gunung Penanggungan. Kejadian tersebut ditulis dalam suatu piagam yang
lebih dikenal dengan nama Piagam Butak. Butak adalah nama gunung tempat
ditemukannya piagam tersebut terletak di sebelah selatan Kota Mojokerto.
Pasukan Singosari dipimpin oleh R. Wijaya dan Ardaraja (anak Jayakatwang dan
menantu Kertanegara). R. Wijaya memperoleh hadiah sebidang tanah di Desa Tarik,
12 km sebelah timur Mojokerto. Berkibarlah warna merah – putih sebagai bendera
pada tahun 1292 dalam Piagam Butak yang kemudian dikenal dengan piagam merah –
putih, namun masih terdapat salinannya. Pada buku Paraton ditulis tentang
Runtuhnya Singosari serta mulai dibukanya Kerajaan Majapahit dan pada zaman itu
pula terjadinya perpaduan antara Ciwaisme dengan Budhisme.
3.
Demikian perkembangan selanjutnya pada masa kejayaan Kerajaan
Majapahit, menunjukkan bahwa putri Dara Jingga dan Dara Perak yang dibawa oleh
tentara Pamelayu juga mangandung unsur warna merah dan putih (jingga=merah, dan
perak=putih). Tempat raja Hayam Wuruk bersemayam, pada waktu itu keratonnya
juga disebut sebagai keraton merah – putih, sebab tembok yang melingkari
kerajaan itu terdiri dari batu bata merah dan lantainya diplester warna putih.
Empu Prapanca pengarang buku Negarakertagama menceritakan tentang digunakannya
warna merah – putih pada upacara kebesaran Raja Hayam Wuruk. Kereta pembesar –
pembesar yang menghadiri pesta, banyak dihiasi merah– putih, seperti yang
dikendarai oleh Putri raja Lasem. Kereta putri Daha digambari buah maja warna
merah dengan dasar putih, maka dapat disimpulkan bahwa zaman Majapahit warna
merah – putih sudah merupakan warna yang dianggap mulia dan diagungkan. Salah satu
peninggalan Majapahit adalah cincin warna merah putih yang menurut ceritanya sabagai
penghubung antara Majapahit dengan Mataram sebagai kelanjutan. Dalam Keraton
Solo terdapat panji – panji peninggalan Kyai Ageng Tarub turunan Raja Brawijaya
yaitu Raja Majapahit terakhir. Panji – panji tersebut berdasar kain putih dan
bertuliskan arab jawa yang digaris atasnya warna merah. Hasil penelitian
panitia kepujanggaan Yogyakarta berkesimpulan antara lain nama bendera itu
adalah Gula Kelapa, dilihat dari warna merah dan putih. Gula warna merah
artinya berani, dan kelapa warna putih artinya suci.
4.
Di Sumatra Barat menurut sebuah tambo yang telah turun temurun
hingga sekarang ini masih sering dikibarkan bendera dengan tiga warna, yaitu
hitam mewakili golongan penghulu atau penjaga adat, kuning mewakili golongan
alim ulama, sedangkan merah mewakili golongan hulu baling. Ketiga warna itu
sebenarnya merupakan peninggalan Kerajaan Minang pada abad XIV yaitu Raja
Adityawarman. Juga di Sulawesi di daerah Bone dan Sopeng dahulu dikenal
Woromporang yang berwarna putih disertai dua umbul – umbul di kiri dan
kanannya. Bendera tersebut tidak hanya berkibar di daratan, tetapi juga di samudera
, di atas tiang armada Bugis yang terkenal. Bagi masyarakat Batak terdapat kebudayaan
memakai ulos semacam kain yang khusus ditenun dengan motif tersendiri. Nenek
moyang orang Batak menganggap ulos sebagai lambang yang akan mendatangkan kesejahteraan
jasmani dan rohani serta membawa arti khusus bagi yang menggunakannya. Dalam
aliran animisme Batak dikenal dengan kepercayaan monotheisme yang bersifat primitive,
bahwa kosmos merupakan kesatuan tritunggal, yaitu benua atas dilambangkan dengan
warna merah dan benua bawah dilambangkan dengan warna hitam. Warna-warna ketiga
itu banyak kita jumpai pada barang-barang yang suci atau pada hiasan-hiasan rumah
adat. Demikian pula pada ulos terdapat warna dasar yang tiga tadi yaitu hitam sebagai
warna dasar sedangkan merah dan putihnya sebagai motif atau hiasannya.
Dibeberapa daerah di Nusantara ini terdapat kebiasaan yang hampir sama yaitu
kebiasaan memakai selendang sebagai pelengkap pakaian kaum wanita. Ada kalanya
pemakaian selendang itu ditentukan pemakaiannya pada setiap ada upacara –
upacara, dan sebagian besar dari moti-motifnya berwarna merah dan putih.
5.
Ketika terjadi perang Diponegoro pada tahun 1825-1830 di tengah –
tengah pasukan Diponegoro yang beribu – ribu juga terlihat kibaran bendera
merah – putih, demikian juga di lereng – lereng gunung dan desa - desa yang
dikuasai Pangeran Diponegoro banyak terlihat kibaran bendera merah - putih.
Ibarat gelombang samudera yang tak kunjung reda perjuangan Rakyat Indonesia
sejak zaman Sriwijaya, Majapahit, putra – putra Indonesia yang dipimpin Sultan
Agung dari Mataram, Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten, Sultan Hasanudin,
Sisingamangaraja, Tuanku Imam Bonjol, Teuku Umar, Pangeran Antasari, Pattimura,
Diponegoro dan banyak lagi putra Indonesia yang berjuang untuk mempertahankan
kedaulatan bangsa, sekalipun pihak penjajah dan kekuatan asing lainnya berusaha
menindasnya, namun semangat kebangsaan tidak terpadamkan.
6.
Pada abad XX perjuangan Bangsa Indonesia makin terarah dan
menyadari akan adanya persatuan dan kesatuan perjuangan menentang kekuatan
asing, kesadaran berbangsa dan bernegara mulai menyatu dengan timbulnya gerakan
kebangsaan Budi Utomo pada 1908 sebagai salah satu tonggak sejarah.
7.
Kemudian pada tahun 1922 di Yogyakarta berdiri sebuah perguruan
nasional Taman Siswa dibawah pimpinan Suwardi Suryaningrat. Perguruan itu telah
mengibarkan bendera merah putih dengan latar dasar warna hijau yang tercantum
dalam salah satu lagu antara lain :
Dari Barat Sampai ke Timur, Pulau-pulau Indonesia, Nama Kamu
Sangatlah Mashur Dilingkungi Merah-putih. Itulah makna bendera yang dikibarkan
Perguruan Taman Siswa.
8.
Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah
menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di
bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang
serta beberapa ayat suci Al Quran.
9.
Para mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia yang
berada di Negeri Belanda pada 1922 juga telah mengibarkan bendera merah – putih
yang di tengahnya bergambar kepala kerbau, pada kulit buku yang berjudul
Indonesia Merdeka. Buku ini membawa pengaruh bangkitnya semangat kebangsaan
untuk mencapai Indonesia Merdeka.
10. Demikian seterusnya pada tahun 1927
berdiri Partai Nasional Indonesia dibawah pimpinan Ir. Soekarno yang bertujuan
mencapai kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia. Partai tersebut mengibarkan bendera
merah putih yang di tengahnya bergambar banteng.
11. Kongres Pemuda pada tahun 1928
merupakan detik yang sangat bersejarah dengan lahirnya “Sumpah Pemuda”. Satu
keputusan sejarah yang sangat berani dan tepat, karena kekuatan penjajah pada
waktu itu selalu menindas segala kegiatan yang bersifat kebangsaan. Sumpah
Pemuda tersebut adalah tidak lain merupakan tekad untuk bersatu, karena
persatuan Indonesia merupakan pendorong ke arah tercapainya kemerdekaan. Pada
kongres tersebut untuk pertama kalinya digunakan hiasan merah – putih tanpa gambar
atau tulisan, sebagai warna bendera kebangsaan dan untuk pertama kalinya pula diperdengarkan
lagu kebangsaan Indonesia Raya.
12. Pada saat kongres pemuda berlangsung,
suasana merah – putih telah berkibar di dada peserta, yang dibuktikan dengan
panitia kongres mengenakan “kokarde” (semacam tanda panitia) dengan warna merah
putih yang dipasang di dada kiri. Demikian juga pada anggota padvinder atau
pandu yang ikut aktif dalam kongres menggunakan dasi berwarna merah – putih.
Kegiatan pandu, suatu organisasi kepanduan yang bersifat nasional dan menunjukkan
identitas kebangsaan dengan menggunakan dasi dan bendera merah – putih.
13. Perlu disadari bahwa Polisi Belanda
(PID) termasuk Van der Plass tokohnya sangat ketat memperhatikan gerak – gerik
peserta kongres, sehingga panitia sangat berhati-hati serta membatasi diri demi
kelangsungan kongres. Suasana merah putih yang dibuat para pandu menyebabkan
pemerintah penjajah melarang dilangsungkannya pawai pandu, khawatir pawai bisa
berubah menjadi semacam penggalangan kekuatan massa.
14. Pengibaran Bendera Merah-putih dan
lagu kebangsaan Indonesia Raya dilarang pada masa pendudukan Jepang, karena ia
mengetahui pasti bahwa hal tersebut dapat membangkitkan semangat kebangsaan
yang nantinya menuju pada kemerdekaan. Kemudian pada tahun 1944 lagu Indonesia
Raya dan Bendera Merah-putih diizinkan untuk berkibar lagi setelah kedudukan
Jepang terdesak. Bahkan pada waktu itu pula dibentuk panitia yang bertugas
menyelidiki lagu kebangsaan serta arti dan ukuran bendera merahputih.
15. Detik-detik yang sangat bersejarah
adalah lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Setelah pembacaan teks proklamasi, baru dikibarkan bendera merah-putih, yang
kemudian disahkan pada 18 Agustus 1945. Bendera yang dikibarkan tersebut
kemudian ditetapkan dengan nama Sang Saka Merah Putih.
16.
Kemudian pada 29 September 1950 berkibarlah Sang Merah Putih di
depan Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pengakuan kedaulatan dan
kemerdekaan Bangsa Indonesia oleh badan dunia.
Comments
Post a Comment